Be It Unto Me..

5:59 PM

Belasan tahun lalu, kami berdua (Pampi & saya), kedua anak kampung ini masing-masing menyimpan mimpi untuk tinggal di negeri lain. Tinggal atau setidaknya merasakan barang beberapa waktu, tinggal jauh dari segala sesuatu yang sudah akrab dengan kami. Saya kurang tahu motivasi Pampi, kalau saya jelas karena menyukai petualangan. Sejak SMA saya sudah tinggal jauh dari orang tua, kuliah saya pindah kota lagi, menikah punya anak pindah lagi, walau hanya bergeser sedikit dari Jakarta yaitu ke Serpong.
Kesempatan itu pernah hampir begitu dekatnya, sehingga rasanya ada sesal ketika dipikirkan. Tapi kami berdua percaya segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kami adalah atas perkenanan Tuhan, jadi memang belum waktunya, sehingga kami tidak diizinkan pergi.
Setelah menikah, kami tenggelam dalam kesibukan kami sebagai istri dan suami, sebagai ibu dan ayah, alangkah menyita pikirannya tugas ini!
Sekitar tiga tahun lalu, entah dapat wangsit dari mana, Pampi yang selama ini adem ayem saja, tiba-tiba mulai memikirkan kemungkinan untuk migrasi. Jerman, Canada, adalah dua negara yang sempat terpikirkan oleh kami. Tapi rasanya negara-negara tersebut makin hari makin jauh. Mungkin karena umur kami yang tidak lagi akhir 20-an, atau awal 30-an. Menurut saya, kami sudah mulai masuk fase matang. Jadi, apa pun yang kami ingin putuskan, pertimbangannya banyak sekali dan cenderung "aman" dan realistis. Kami pun melirik ke Selatan. New Zealand awalnya jadi pilihan kami, namun seiring waktu berjalan, semakin jelas NZ bukan untuk kami. Australia kemudian menjadi pilihan kami. Jarak cukup dekat, lebih mudah untuk kami pulang kalau kangen.

Di MRT

Melamar jadi Permanent Resident
Maka, jalur yang kami tempuh adalah jalur Skilled Migrant, sebuah jalur yang dibuka oleh pemerintahan Australia untuk mendapatkan warga negara dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Langkah-langkahnya kira-kira seperti ini:
1. EOI, Expression of Interest. Setelah memenuhi semua persyaratan, barulah kita dapat mengajukan EOI.
Biaya: tidak ada biaya untuk EOI, namun untuk memenuhi persyaratan agar dapat mengajukan EOI, ada beberapa biaya yang cukup besar. Biaya terbesar adalah assessment fee oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah Australia. Lalu, biaya terbesar kedua adalah ujian IELTS.

2.  Setelah EOI diajukan, tunggulah. Bersama orang-orang dari seluruh dunia, kami mengantri dengan manis, menunggu, berharap, deg-degan. Jika kamu mengantri masuk lewat jalur skill IT bersama sekian buanyak pengantri dari seantero dunia, dan orang India termasuk pesaing beratmu (bayangkan ada berapa dari mereka yang ingin mencari penghidupan lebih baik di Aussie?), sementara poinmu minimal, apa kamu tidak harap-harap cemas?
Sekitar satu tahun masa penantian itu, tiba-tiba suatu hari datanglah sebuah email yang berkata:

Invitation

Surprise! Sekali lagi harus saya ceritakan di sini, poin kami adalah poin minimal. Pesaing kami banyak, dan kuota baru diberikan tiap kloter tidaklah sangat banyak. Berdasarkan analisis pribadi, mungkin kami masih harus menunggu enam bulan atau setahun lagi. Tapi ternyata, kami dipanggil.
Biaya: tidak ada biaya untuk mengajukan EOI

3. Saatnya melengkapi persyaratan administrasi. Segala macam dokumen pribadi yang mendukung klaim poin kita harus dilengkapi, juga tes kesehatan, catatan kepolisian (SKCK), dan lain-lain. Tes kesehatan ini juga tidak bisa dari sembarang tempat, harus disediakan oleh lembaga yang sudah ditunjuk. Kami memilih RS Premier Bintaro. Kami berlima harus melakukan tes ini, tetapi ada perbedaan persyaratan antara orang dewasa dan anak kecil.
Biaya: tergantung rumah sakit

4. Persyaratan lengkap, mari kita mengajukan permohonan visa sebagai Permanent Resident. Kami agak kurang beruntung dalam hal biaya. Baru saja berlaku peraturan baru. Tadinya biaya visa PR ada paket keluarga, namun peraturan baru menghapusnya. Biaya berlaku individual, dan ada kenaikan biaya cukup signifikan dari yang terakhir, daaaan rupiah sedang terpuruk. Namun, tidak ada pilihan, karena SKCK hanya berlaku dua bulan. Jika mengingat betapa ribetnya proses membuat SKCK (bolak-balik beberapa kantor kepolisian, dan salah!, cuti beberapa kali, perjalanan jauh dari Serpong-Blok M, Tigaraksa, Komdak) oh no, tidak mau saya ulangi lagi.
Permohonan resmi diajukan, dan sekarang tinggal menunggu sekitar tiga bulan.
Biaya: klik di sini

5. Tiga bulan berlalu, belum ada panggilan juga. Merasa cukup yakin semua persyaratan sudah dipenuhi dengan baik, kami berinisiatif untuk pro aktif. Pampi menelepon ke kantor imigrasi (GSM) di Adelaide. Mereka berjanji akan segera merespons.
Selang beberapa jam kemudian di hari yang sama, 7 Oktober 2014, sebuah email pun masuk:

Granted!
Our application has been granted.  Visas.have.been.granted.
Saat menerima berita ini, saya sedang bersiap-siap berangkat field trip ke Hutan Mangrove di Pantai Indah Kapuk. Jadi, sepanjang field trip, saya banyak senyum-senyum sendiri. Bersyukur pada Tuhan dan merasa beruntung.

Survei dan Orientasi
28 November 2014, kami berlima melakukan orientasi lapangan (duh, gaya bahasanya). Dengan pesawat Air Asia, kami berangkat menuju Sydney. Dari Sydney, dengan mobil sewaan, kami mampir ke beberapa kota. Perjalanan kami berakhir di Melbourne, dan dari sana kami terbang kembali ke Indonesia dengan Garuda Indonesia. Kisah perjalanan kami bisa dibaca di sini.

Keputusan
Setelah perjalanan ini, kami pun memutuskan untuk tidak menunda lagi. Segera setelah anak-anak selesai tahun ajarannya, kami segera hijrah. Lewat beberapa pertimbangan, Sydney kami tetapkan sebagai persinggahan pertama kami. Hingga postingan ini dibuat, belum ada pekerjaan yang pasti. Keputusan yang mengandung risiko, tetapi sama percayanya kami bahwa Tuhan telah membawa kami sejauh ini, demikian juga kami percaya, Tuhan akan sediakan juga penghidupan yang layak untuk kami berlima.
Be it unto me according to Thy words.

You Might Also Like

1 comments

  1. Re-Comment,

    Mba Devi, suka tulisannya, kami juga sudah granted Mei lalu, sekarang sedang persiapan hijrah dari Jakarta ke Melbourne, salam untuk Mas DV yaa.. kalau ketemuan sama dia ^^,

    Semoga sukses dan GBU.

    ReplyDelete

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images