Dari Timur ke Utara
5:40 AMAplikasi sewa rumah kami barusan ditolak beberapa waktu lalu. :) Rumah yang hendak kami sewa itu berlokasi di North Epping, di sebelah utara kota Sydney.
Tadinya kami berencana menyewa di area Sydney Timur (Eastern Suburbs), dan sudah melihat beberapa rumah/apartemen di beberapa tempat seperti Mascot, Roseberry, atau Eastlake. Namun, setelah melewati beberapa pertimbangan, kami kini mengarahkan pandangan ke utara.
Dari arah selatan, menyeberangi laut yang membelah Sydney, kami menuju Northern Sydney Suburbs, yang lebih residensial dan tentu cocok untuk keluarga ketimbang bagian selatan yang lebih sibuk dan lebih merupakan daerah bisnis.
Menyeberangi laut. Lewat bawah |
Menuju utara |
Suburb tetangga bernama Turramurra |
Tantangan berikutnya, suburb yang dicari haruslah yang masuk di dalam sekolah yang kami minati. Jadi, setiap kali mencari-cari rumah di domain atau realestate, kami harus memastikan bahwa sekolah di sana baik dan sesuai dengan kriteria kami, dan apakah transportasi umum yang tersedia memadai.
Lalu, hal berikutnya adalah (oh, saya tidak pernah menduga hal ini akan jadi masalah): kompor! Di Australia, rata-rata properti sewa, baik rumah maupun apartemen, telah menyediakan kompor yang sekalian sudah sama oven. Jadi di sini, kompor dan oven adalah dua barang yang tidak perlu dipusingkan oleh bakal penyewa. Masalahnya, kompor listrik cukup populer di sini. Tak jarang, rumah atau apartemen yang menarik hati saya terpaksa disingkirkan karena kompornya. Saya tak suka kompor listrik, karena selain tarifnya sepertinya akan lebih mahal ketimbang kompor gas, memasak makanan Asia itu kurang pas rasanya dengan kompor listrik. Meski demikian, beberapa teman menyarankan agar jika sudah cocok dengan rumahnya, beli saja kompor gas portable. Namun, tidak semua perumahan di Australia mengizinkan tabung gas dibawa masuk ke rumah. Untuk mengakalinya, gas ditaruh di luar rumah, dan dihubungkan dengan selang panjang. :) Ribet juga, ya.
Kalau tidak salah hitung, properti yang sudah kami datangi ada enam. Ada yang rumah, ada yang apartemen, ada pula granny flat. Granny flat adalah rumah tambahan, semacam paviliun mungkin kalau di Indonesia, ya. Rumah yang kami kunjungi rata-rata rumah yang sudah cukup berumur. Tua maksudnya. Terus terang saya merasa agak kurang nyaman tinggal di rumah tua yang tidak jelas sejarahnya. Apalagi, teman kami Donny yang tinggal di Epping, bercerita rumah yang kami mau sewa di North Epping itu dekat dengan lokasi pembantaian satu keluarga Asia oleh paman yang iri. Klik di sini kalau ingin membaca kisahnya. Dan, si paman ini dua tahun kemudian baru ditangkap, karena polisi butuh waktu selama itu untuk mengusut perkara. Jadi, bayangkan, ya... si pembunuh sadis ini dua tahun berkeliaran bebas di daerah situ! Wih! Ngeri, ah. Fakta menarik lain, si paman ini kini sudah dipenjarakan di penjara Long Bay, di belakang Malabar sini, lho. Ahahaha.
Nah, bagaimana nasib kami hari ini, mengingat masa sewa rumah Malabar ini sudah tinggal menghitung hari?
Puji Tuhan, akhirnya kami menemukan sebuah apartemen berkamar dua yang masuk dalam budget kami, yang ada kompor gasnya, yang punya halaman, kamarnya besar, ruang keluarga besar, cukup dekat dengan stasiun kereta, dekat dengan taman, masuk dalam zona sekolah negeri yang bagus. Yak, kami akan pindah ke Wahroonga per 9 Agustus ini. Akhirnya......
Lega sekali ketika aplikasi kami disetujui, dan agen mapupun pemilik tidak rewel. Prosesnya sederharna saja: membayar tanda jadi, kemudian menandatangani kontrak, lalu membayar jaminan sewa empat minggu kepada badan milik negara bagian NSW yang akan memediasi jika terjadi apa-apa, dan terakhir melunasi sewa satu bulan.
Untuk menandai kepindahan ini, saya membeli sebuah wajan. :) Ngomong-ngomong soal mengisi rumah ini, aduh, kepala saya sudah pusing mengkalkulasi biaya. Saya punya semua yang saya butuhkan di rumah kami di Serpong, sekarang harus mulai lagi dari awal. Cukup bikin kepala nyut-nyutan. Bayangkan, modal kami saat ini hanya satu wajan ukuran 34 cm, dan satu food processor yang saya bawa dari Indonesia. Butuh kerja keras untuk memulai segala sesuatu dari awal.
Ini penampakan si wajan yang saya beli di Aldi, toko diskon favorit saya, seharga $10 (saja). Murah juga, ya.
Wajan pertamaku |
0 comments